Laman

Kamis, 17 Februari 2011

Turun Malam di Pasar Tua


Suatu misteri dalam dua babak berdasar puisi I. L. Peretz

Green Fidler (Marc Chagall)


Ditafsir-drama oleh Alexis Granovsky
Terjemahan bahasa Inggris oleh Joseph Gordon.
Diterjemah ke bahasa Indonesia oleh Dwi Pranoto, dari Night in the Old Market dalam The Drama Review volume 29 Number 4, Winter 1985.


























Babak Satu: “Kehidupan”
Musik pembuka mendasar pada kesadaran Badkhn. Terbuka tirai singkap tempat tua, misterius. Kelabu-hijau – warna bermembusuk. Segedung gereja. Segedung sinagog. Arca-arca; selengan tangannya menjuntai. Senjakala. Anak-anak bermain dalam lingkaran.



Anak-anak (duduk setelah bermain)
Lelah.
Dingin.
Tanpa anak laki-laki tak ada permainan.

Suara Dari Rumah-Rumah
Selamat malam!
Anak-anak! Pulang!

Anak-anak
Cepat, Cepat!
Kawan-kawan tenang, kawan-kawan tenang.
Tenanglah, tenanglah, adik-adik perempuan.

Penjaga Malam masuk. Ia setua dinding batu bata rumah-rumah sekitar.

Penjaga Malam Satu
Awas Api!
Awas Api!

Penjaga Malam Dua
Malam, malam, malam!

Anak-anak (menari)
Lihat, siapa yang datang.
Ning-nong, ning-gung, hampa dan berat.
Sembarang ia berhenti.
Lampu padam.
Tenang, tenanglah, adik-adik perempuan.

Tarian Anak-anak berhenti. Anak-anak menghilang. Lampu padam. Malam turun. Pelacur-pelacur muncul.

Pelacur-pelacur
Menulis apa ia?
Ia hanya percayaiku.
Hanya demi bintang tak-berpadam.
Lihat, basah airmata.
Ia kecup mataku, sepasang mata biruku.

Anak-anak (mendekat tepian, menguping)
Ia bermata kelabu.
Tenang, tenanglah adik-adik perempuan.

Anak-anak menghilang. Para Pedagang tiba.

Para Pedagang
Jual segerobak perabot rongsok.
Dicicil?
Ia khawatir?
Kau bilang apa padanya!

Pelacur
            Ayo pergi bersamaku.
            Ke bioskop.

Pedagang
            Aku kedinginan.

Pelacur
            Baiknya kau pakai sepatu lars karet.
            Siapa mau pergi bersamaku?

Sebuah Kepala (menjulur keluar jendela)
            Yoel, pulang!
            Cukup semua rebut-ribut ini!
            Ini perbuatan ruh jahat.

Perempuan-Perempuan (tiba di pasar)
Demi masa lalu, terjadilah!
Letakkan ia di pemandian!
Lelehi belangkin,
Dan selimuti bulu-bulu!
Dan halau keluar pasar, usir dari kota!
Halau dan cambuk!
Sampai remuk meremah!

Para Pemabuk datang. Perempuan-perempuan menatapnya.

Perempuan-perempuan
Lihat, mereka mabuk.
Mabuk, mabuk, mabuk . . .

Para Pemabuk (menyanyi)
Tak seorang selamat dari mati.
Nanyi, minum,
Nyanyi minum,
Dari mati, tak seorang selamat,
Nyanyi, minum.
Hidup sekilatan . . .

Pemabuk
            Bermenjelangkan mati?

Badkhn (muncul)
            Hari ini di rumah,
            Besok dalam kubur!

Bayang Badkhn
            Dalam kubur!

Pelacur
            Siapa mau bersamaku?
            Kau, kau, atau kau?

Pemabuk
            Kau minum?
            Aku ingin makan, aku ingin makan,
            Kau punya sesuatu untuk dimakan?

Suara
            Aku juga lapar!

Pelacur
            Jadi remuklah belulangmu!

Anak-anak
            Nosn pemabuk, Nosn pemabuk!

Nosn Pemabuk (menggeliat di atas batu)
Shayndele, gadis kecil,
Ini segala sama,
Aku baring di sini,
Karena aku mau . . .
Menggeliat,
Bumi alangkah pemurah,
Susu dan madu;
Tanpa tangan, ia merawat ibarat ibu,
Tanpa bahasa, ia bercakap bahasa-ibu
Shayndele, gadis kecil.

Pelacur
            Segala sama,
            Kau mau bersamaku?

Nosn
            Siapa kau? Siapa?

Pelacur
            Kau mabuk berat.

Nosn
            Juga bau bumi kau,
            Bimbing aku, bimbing.

Pelacur dua
            Mari sini.

Mereka menghilang. Para Gadis masuk dengan tarian senyap.

Para Gadis
Letih bak segumpal tanah,
Baiknya di rumah saja,
Dingin.
Tanpa anak-anak lelaki, tak ada permainan.

Para Gadis mendengar nyanyian anak-anak lelaki

Para Gadis
Anak-anak lelaki datang, anak-anak lelaki datang,
Anak-anak lelaki datang.

Anak-anak Lelaki dan Para Gadis berdiri menjelangkan arca hermaphrodit, Sang Berhala.

Anak-anak
Laki-laki apa perempuan?
Seduanya.
Seduanya?
Aku dengar dari ibuku.
Dosa.
Mesum.
Dan di dalamnya lidah api menjilat-jilat.
Ngeri!
Kadan ia bangun malam hari,
Tertawa,
Dan siapapun melintasnya.
Jatuh dalam lingkaran dosa,
Dan hilang akal.
Ya, ya,
Malam demi malam.

Badkhn (memecah kesunyian)
Tiba-tiba,
            Sha! Sha!
            Anak-anak tak bercerita kisah sekolahan.
Merengkuh Anak-anak
            Anak-anak harus tidur.
            Anak-anak tak tahu apa.
            Anak-anak tak lihat apa.
            Di bawah kepala kecil mereka, aku akan alaskan bantal.
            Agar mereka tidur.
            Anak-anak tak tahu apa!
            Anak-anak tak lihat apa!
            Anak-anak tidur!

Anak-anak (menyanyi dan lari keluar)
Selamat malam, selamat malam, selamat malam!
Pulang, cepat, hoa . . . hoa!

Badkhn (padamkan lampu jalan)
            Sha, sha, sha
            Malam bangunkanku.
            Sang pesulap tua,
            Hokus, pokus –
            Maka pasar hidup.

Para Lelaki dan Perempuan Tua (muncul dari segala sisi)
Ruh penasaran sedang gentayangi bumi.
Ia dulu orang perasa – Badkhn,
Pelakon drama,
Penghibur kota!
Tariannya memusar!
Kelihaian dipertontonkan!
Tapi sejak malam bertahun lalu itu,
Kala ia temukan musisi,
Pulang dari pesta dansa pria ningrat,
Pulang dari pesta dansa pria ningrat selewat tengah malam,
Pulang dari jalan gereja,
Mereka, musisi yang pulang dari pesta dansa pria ningrat
Tanpa tzit-tzitnya,
Biola, trumpet, drum, dan bass
Sejak malam itu –
Apa lagi yang lebih penting:
Musisi mabuk, mabuk.
Selewat tengah malam.
Berhala terjaga
Menggeret mereka ke dalam perigi.
Satu demi satu,
Dengan pakaian mereka, juga alat-alat musiknya,
Mereka kecebur ke dalam.
Ia juga di sana,
Menghampiri mereka,
Menyaksi dengan sepasang matanya sendiri,
Lalu tertawa dan tertawa.
Karenanya ia ngembara di atas bumi.
Ruh yang sesat.

Badkhn (muncul tiba-tiba)
            Malam!

Para Lelaki dan Perempuan Tua (lari keluar)
Selamat malam, selamat malam!

Badkhn
            Selamat malam!

Penjaga Malam
            Malam, malam, malam!

Badkhn duduk di pinggir perigi. Saat ia bayangkan Mayat Musisi, permainan musisi jelas terdengar.

Badkhn
            Separuh malam, di pesta dansa pria ningrat,
            Dari pesta dansa pria ningrat, dari jalan gereja
            Musisi pergi tanpa jejumbai
            Biola, trumpet, drum dan bass
            Biola, trumpet, drum dan bass.

Penjaga Malam (masuk lagi)
            Awas api, awas api!

Setelah Penjaga Malam meniup sangkakalanya, “Laki-laki dan Perempuan” masuk, saling memburu.

Laki-laki dan Perempuan
Jangan lari dariku.
Dalam kabut, matamu berkilat,
Biarkan, biarkan matamu perlihatkan
Ruhmu yang sesat
Kau dariku.
Siapa kau? Siapa?
SENYAP!
Jurang perlihatkan kami.
Siapa kau? Siapa?
Siapa aku?
Kurus bak laba-laba
Diam, diamlah!
Aku tak tahu siapa aku
Aku tak tahu apa kumau!

“Laki-laki” menarik Perempuan” ke jurang. Badkhn datang menghampir.

Badkhn
            Ke dalam jurang!

Penjaga Malam
            Orang-orang gelisah,
            Waktu gelisah.

Yahudi-yahudi Malam muncul tenteng lentera. Ketakutan, mereka menghambur ke sepenjuru panggung.

Yahudi-yahudi Malam
Dalam kabut tebal, bangunan-bangunan tua,
Jembatan-jembatan tua
Berhimpitan, tenggelam
 Seolah berduka
Atau kuburan,
Yang dingerikan
Karena apa yang mau tiba.

Seberkas Suara dari Atas
            Manusia baru, pahlawan, bangkit
Menjelangkan Tuhan dan dunia
Menjelangkan penjara dan belenggu
Aku dengarnya di kejauhan.

Penjaga Malam
            Malam, pengembara!

Suara
            Malam, pemadam!

Badkhn padamkan sisa lampu-lampu dengan saputangannya.

Badkhn
            Malam!
            Akan kupadamkan semua cahaya di rumah-rumah
            Biar jadi gelap seperti dalam kubur!
            Senyap seperti kubur
            Senyap, sunyi, sunyi
            Senyap seperti kubur!

Suara-suara Malam
Tidurlah, pasar dan kota.
Demimu. Tuhan akan menolong.
Penjaga,
Lindungi pasar!

Penjaga Malam
            Aku siap!

Yahudi-yahudi Malam
Rasa gentar girisi udara
Hingga ke tenggeran burung-burung gagak
Penjaga, jaga kami!
Jangan tidur!
Pengawal, kawal!
Pengawal, kawal!
Pengawal, kawal!

Penjaga Malam (menunjuk sinagog dan gereja)
            Biarkan yang ini dan itu melindungimu!

Penjaga Malam jatuh tertidur.

Badkhn (tengadahkan tangan ke Tuhan, namun melihat ke rah Penjaga Malam)
            Tak beda!
            Citraan kayu eboni kau!

Bayang Badkhn
            Kau!

Badkhn (menyuram)
            Dari mimpi-mimpi
            Busa,
            Keluar dari kabut – orang-orang berpusar bersama,
            Nama yang terkenang, Pendusta Suci,
            Tibalah membumbung.
            Aku undang kau
Demi perjalanan malam!
Ini malam kami! Malam kami!
Malam!

Pendeta-pendeta muncul di gereja

Pendeta-pendeta
Ia sedang bangunkan berhala.
Ia bangun dalam percuma.
 Zaman anti-kristen tiba.
Paduan suara gereja!
Palang siaga di atas.
Jayalah kekudusannnya.

Pembawa Air
            Panas terik, panas kerontang.

Penebang Kayu
            Salju sangat membekukan.

Sexton Sinagog (Shamus)
            Masuk sinagog, masuk sinagog!
            Ruh-ruh kudus bakal selamatkan!

Gema dari Atas
            Masuk ke sinagog, masuk ke sinagog!

Pembawa Air
            Panas terik, panas kerontang
            Dan di bangku sinagog
            Murid-murid Torah, berkeringat,
            Cepat, cepat,
            Akan kuberi kau air SENGKARA

Badkhn
            Mungkin minuman segar akan beri ganjaran:
            Hidup untuk jumpa Juru Selamat.
            Juru Selamat.

Pendeta-pendeta
Beri petunjuk pada si kepala batu, Tuhan,
Jangan biarkannya menunggu
Jangan biarkannya menunggu sia-sia.

Penebang Kayu
            Salju sangat membekukan,
            Anak-anak kecil – telanjang bugil.
            Dingin – ngeri,
            Sekolah tak bikin hangat,
            Cepat, cepat,
            Akan kubawakan kau kayu dari hutan.

Badkhn
            Mungkin mereka punya hak istimewa untuk mendengar
            Terompet Juru Selamat
            Juru Selamat!
            Juru Selamat!

Pendeta-pendeta
Omongan palsu, omongan bebal,
Melama kau tiup terompet-terompet.
Melama terus tiup tembus dunia.

Pendeta-pendeta (menghilang)

Suara dari Atas
            Kemurahan hati selamatkan dari kematian!

Sexton
            Masuk sinagog! Masuk sinagog!
            Ruh-ruh kudus bakal selamatkan!
            Dari kebanjiran,
            Dari kebakaran,
            Dari aniaya,
            Dari Pemerkosaan.
            Masuk sinagog, masuk sinagog!

Serombangan Lelaki Tua Abu-abu masuk,
bersandar tongkat rotan. Mereka jelajahi setiap tempat.
Nampaknya tak bakal berhenti. Akhirnya
berhenti mereka di sinagog

Seberkas Suara
            Dengar, dengarkan
            Rintihan yang sangat.

Para Lelaki Tua
Datangnya dari sinagog.
Ada rintihan dan ratapan,
Bencana bagi Raja
Yang mengusir anaknya.
Dengar kau
Bumi meandering.
Mendung di atas bercucuran.
Dan sinagog kami tegak membisu
Juga pucat.
Dan sinagog kami adalah kayu
Dan digerogot cacing-cacing
Dan limbung menyeri
Ibu tua menangis dan
Merentang
Tangan pada anak-anaknya.
Jangan abaikan ibu tua,
Kita akan cari Tanah Suci!

Suara dari Atas
            Atau belaka impian!

Badkhn
            Orang tua di Tembok Ratapan!

Ketakutan, Para Lelaki Tua saling merapat

Para Lelaki Tua (berdoa)
Lihat, TUhan, apa yang mendatangi kami
Sejak Kau palingkan wajahmu dari kami.
Anak-anak kami diculik
Anak-anak perempuan kami diperkosa.
Dan para orang tua dipermalukan dan dilecehkan.
Kapan Kau bakal bayar, Tuhan Agung,
Kapan Kau bakal bayar, Tuhan Agung.
Tuhan!
Tuhan!
Tuhan!

Badkhn
            Ia bangkrut!

Para Lelaki Tua lari keluar dengan ketakutan.
Orang-orang Pasar melemparkan diri dalam
tarian liar. Mereka bukan orang-orang, belaka
bayangan yang lari, jatuh, bangkit, dan lari lagi.

Orang-orang Pasar
Menuju terang.
Siapa mau ikut?
Di mana lapak?
Di mana ruas-ruas jalan?
Bakal hujan!
Ayo ikut!
Kami tengah pergi, tengah pergi, tengah pergi . . .
Menuju terang!
Bawa aku bersamamu,
Bawa aku bersamamu!
Kami harus ketemu nabi Elijah!
Bertanya tentang Juru Selamat!
Di mana lapak-lapak?
Di mana ruas-ruas jalan?
Kami tengah pergi, tengah pergi, tengah pergi . . .
Juru Selamat!
Kami tengah pergi, tengah pergi, tengah pergi . . .
Selembar tanda terima
Dari Reb Yankbel sang kusir!
Genggam cambuk dan pecutlah!
Duduk tepat di atas!
Iblis-iblis menari dalam pusaran!
Kami sedang menunggang, sedang menunggang, sedang menunggang . . .
Masuk sinagog, masuk sinagog!
Ruh-ruh kudus bakal selamatkan!
Jalan lurus!
Jalan bengkok!
Kami sedang menunggang, sedang menunggang, sedang menunggang . . .
Jalan lurus!
Jalan bengkok!
Sedang menunggang, sedang menunggang, sedang menunggang . . .

Badkhn
            Menghampir Juru Selamat!

Gelap menjadi. Suara-suara terdengar, lafalkan doa petang.

Penampakan Sebarisan Bayangan
Kirim kantuk pada mata kami.
Pada alis mata kami, - tidur ayam.
 Tuhan yang bertahta di Surga,
Dengarlah doa kami,
Kirim kami mimpi, manis dan tenang,
Kebebasan dan penghiburan,
Dan biarkan ruh-ruh datang padamu,
Genggam mereka sampai besok,
Naungi dengan sayap-sayapmu.

Yahudi-yahudi Malam ketakutan, menghambur ke segala arah.

Yahudi-yahudi Malam
Penjaga, jaga!
Jangan tutup matamu!
Pengawal, kawal!
Pengawal, kawal!

Badkhn
            Kebangkitan mayat.
            Malamku,
            Malam kami,
            Malam kami!
            Malam!

Suara-suara
Maut datang!
Maut datang!

Badkhn
            Hey, Timur, Barat, Utara, Selatan!
            Keajaiban, aku akan cipta keajaiban!
            Biar sang mayat bangkit!
            Bangkit!
            Biar kubur-kubur terbuka!
            Kubur-kubur!
            Bangkit-bangkit!

Para Pendeta
            Kami akan saksi, kami akan saksi!

Badkhn
            Terjadilah! Terjadilah!

Suara-suara
            Maut datang! Maut datang!

Badkhn
            Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan,
            Sembilan, sepuluh, sebelas, duabelas!



Reka Tokoh Penjaga Malam






































Babak Dua: “Kematian”
Tempat yang sama, hanya sedikit lebih kecil. Kuburan Gelap. Bersama berkas cahaya pertama, Sang Mayat Satu muncul, sekemudian yang lain.


Para Mayat
Juru Selamat bangkitkan kami!
Kemurahan hati selamatkan dari kematian!
Juru Selamat bangkitkan kami? Kenapa?
Juru Selamat bakal bangkitkan kami dalam terang hari.
Dalam terang hari?
Sekarang malam.
Malam.
Seseorang gunakan sihir hitam.
Tak ada tanda dari kejauhan.
Tak sepenunggang datang.
Bukan dari tempat manapun,
Bukan kalam Tuhan!
“Mereka para perenung di rumah Tuhan
Mereka yang berdoa padaMu”
Rabi-rabi berkumpul.
“Alangkah dia duduk sendiri di sana”
Palang Salib siaga
Dari atas, Ruh-ruh kudus menaung.
Kemurahan hati selamatkan dari kematian!

Panggung disesaki Mayat. Mereka menyusur jalanan menuju kuburan. Mayat-mayat Pendeta berjalan di dalam dan di depan gereja. Mayat menuju sinagog. Doa ratapan Yahudi bercampur dengan Misa Arwah. Semua Mayat menghilang. Badkhn berdiri di samping sinagog.

Badkhn
            Sinagog diambil alih mayat!
            Para mayat bawa genta-genta Torah,
            Bawa segala perlengkapan ritual.

Bayang Badkhn
Perlengkapan ritual.

Para Mayat (masuk)
Satu hal yang ingin kutahu
Gubernur – Mengapa ia mencambukku?
Yakinku,
Para mayat merasa tak bersalah.
Potong pakai gergaji!
Tulang-tulang rusuk berlepasan!
Paku-paku tusuk mata, tusuk hidung . . .
Penuh lubang bak keranjang . . .
Rambu jalan dengan darah!
Alangkah mereka menderita . . .

Badkhn
            Karena apa? Bertikai . . .
Para wira. Maccabees!
Seseorang mau nangis.
Tangisan.
Punya kau airmata? Airmata?
Tak.

Doa ratapan terdengar di kejauhan. Mayat berserak menyeberang pekuburan. Mereka berhenti.

Para Mayat
Laki-laki atau perempuan?
Nama? – Lupa.
Lupa.
Lihat di nisan.

Badkhn
            Terhapus!

Bayang Badkhn
            Terhapus!

Para Mayat
Berapa lama mayat menghidup?
Berapa lama?
Mayat menghidup?
Para mayat!
Mualaf
Punya seorang anak perempuan
Penipu, mualaf.
Siapa?
Pendeta.
Kapan?
Saat sampar.
Seseorang harus sembunyikan giginya sendiri . . .
Kadang makan sesuatu penuh . . .

Badkhn
            Karenanya kita punya pemakamam!

Bayang Badkhn
            Tisha Kabin! Si gemuk mengawas dirinya sendiri . . .

Para Mayat Anak-anak muncul; berlari, bermain, bernyanyi.

Para Mayat Anak-anak
Aku punya gula-gula,
Aku punya bedung.
Sedikit untukku,
Sedikit untukmu.

Para Mayat Anak-anak lari.

Mayat
            Tisha B’av . . .
            Istri Sexton . . .
            Berdiri di pojok sinagog . . .
            Sepasang matanya – berseri, bersinar-sinar . . .
            Tisha B’av . . .
            Sedikit kucubit dia . . .
            Sedikit gigitan. Sedikit gigitan. Sedikit cubitan –

Badkhn
            Beri aku sepotong kecil.

Bayang Badkhn
            Untukmu sepotong kecil
            Permainan yang menggairahkan.

Mayat
            Popok buat anak-anak, sehelai selimut . . .
            Sehelai selimut.
            Sangat telanjang. Sangat bugil.

Badkhn
            Selimut buat anak-anak.

Sekelompok Mayat mengerumun Badkhn, selanjutnya yang lain.

Mayat
Kemari, semua, semua . . .
Ayo main Pengantin dan  Mempelai,
Mempelai, Pengantin.
Siapa jadi Pengantin?
Shayndele.
Dan mempelainya?
Nosn, Nosn.
Oy, si tampan, si tampan Nosn.
Nosn.

Badkhn
            Seseorang gatal menari.

Mayat
            Menari.

Badkhn
            Seseorang gatal menari.

Mayat
            Menari

Badkhn
            Ayo main Pengantin dan Mempelai.

Mayat
            Pengantin, Mempelai.

Badkhn
            Tak seorang lihat.

Mayat
            Tak seorang.

Badkhn
            Tak seorang dengar.

Mayat
            Tak seorang.

Badkhn
Hey, trumpet, fiddle, bass,
Drum, simbal; besar dan kecil –
Ada pesta dansa di tengah jalanan!
Klezmorim, lompat!

Musik Klezmorim terdengar. Nadanya semirip Babak Satu. Empat Klezmorim keluar dari perigi. Mereka masuk dengan melantang musik mars.

Mayat
            Klezmorim datang, klezmorim datang.

Bibi Satu (muncul)
            Mainkan tarian – tarian berpasangan.
            Aku akan menari – aku akan berenang seperti angsa.

Bibi Dua
            Main, Klezmorim.
Mainkan sebuah nada.
Meski aku miskin.
Masihku seorang bibi.

Mayat berpilin memusar dalam Tarian Kematian yang senyap. Para Bibi menghilang.

Mayat
Nona-nona, menarilah menjelangkanku . . .
Jangan cuma berdiri di situ. . .
Pemuda, pemuda, menarilah menjelangkanku . . .
Lihatlah hidup yang belum kita lihat
Nona-nona, angkatlah bajumu.

Badkhn
Demi malu, itu tak patut
Mayat, ini tak patut
Semua orang akan menari dan tertawa
Ayo mainkan perkawinan.

Mayat Klezmorim
Siapa akan pimpin band?
Bom chik-chak, bom chik-chak . . .

Badkhn
            Ayo mulai dengan tembakan!

Mayat Pengantin Perempuan dan Mayat Pengantin Lelaki muncul. Suara “El Molei Rachamim”, sebuah lagu pernikahan terdengar.

Mayat Mempelai Laki-laki
Ini hari perkawinan kami.
Klezmorim siap main,
Bersama barisan tamu yang melingkar,
Mari menari, mahkotaku.

Mayat Pengantin Perempuan
Aku malu dijelang orang banyak,
Terbungkus bak karung.

Mayat Mempelai Laki-laki
            Tak jadi apa.

Mayat Pengantin Perempuan
            Penghibur siap.

Mayat
            Penghibur.

Salah Satu Mayat
            Kami datang taruh kuadi.

Mayat Mempelai Laki-laki
            Apa di pipimu?

Mayat Pengantin Perempuan
            Kau lupa?
            Seekor cacing kecil – lengket.

Badkhn
            Seekor cacing kecil.

Mayat Pengantin Perempuan
            Alangkah hitamnya kau.

Mayat Mempelai Laki-laki
            Aku membusuk, tak berhati.

Badkhn
            Ia membusuk.
            Ia tak berhati.

Tarian senyap Para Mayat berlanjut. Tajam, bergerak mekanis. Menari, tetapai tetap pada satu tempat. Mereka berhenti kapanpun, lalu mulai lagi.

Seberkas Suara
Kami panggil mempelai laki-laki, Nosn, putra
Mordechai, untuk Taurat.

Berkas Suara Lain
            Alif adalah seekor elang.

Bibi (menggubah sajak)
            Bez adalah sebuah rumah
            Tempat mereka duduk.

Badkhn (tiba-tiba muncul)
            Sebuah panggilan untuk putusan.

Kaddish di dalam sinagog. Para Mayat dengan cepat mengosongkan tempat. Klezmorim tetap tinggal. Salah seorang Bibi muncul, meliuk dan memusar.

Suara Tak Terlihat
Panggilan, Maut!
Cepat kemari! . . . Para Yahudi, tolong!
Lupakan telinga, hidung . . .
Beri sesuatu . . .
Cepat! Para Yahudi, tolong!
Bulu untuk hidung . . .
Mayat . . .

Badkhn
            Dingin.

Bayang Badkhn
            Selesai.

Dari segala sisi Para Mayat berkumpul.

Para Mayat
Ayo menari.
Menari.
Ini tak diizinkan.
Ini tak diizinkan.
Diizinkan.
Tak diizinkan.
Diizinkan.
Tak diizinkan.
Diizinkan.
Dingin, dingin, dingin . . .
Menari, menari, menari . . .

Badkhn
            Akan kupimpin,
            Akan kuarahkan!
            Kemari, aku penyelenggara perkawinan.

Bayang Badkhn
Semua mayat dan yang percaya hidup,
Menari bersamaku!
Langit tertutup!
Ini malam kami!
Malam kami!
Malam kami!

Tarian Para Mayat dihentikan oleh jeritan – frasa pertama dari Kaddish.

Suara
“Yisgadal v’yiskadash sh’me rabbo” (“Maha Agung dan Maha Suci Nama Tuhan”) .

Semua orang menghilang. Para Mayat muncul lagi, bergegas menuju terang. Berlawanan dengan Babak Satu, segala kata dan gerak mereka pelan tak berpengharap. Irama musik – lambat, lalu terpecah.

Para Mayat
Menuju terang.
Siapa mau ikut?
Dimana gerobak dagang?
Dimana ruas-ruas jalan?
Hujan mau turun.
Bawa aku bersamamu.
Bawa aku bersamamu.
Dimana gerobak?
Dimana kuda?

Badkhn
            Di bawah tanah!
            Para mayat kelana tuju terang!

Para Mayat (penuhi panggung)
Mainkan, mainkan, mainkan!
Lompat . . . lompat . . . lompat . . .!!
Hidup . . .

Badkhn
            Hidup . . .
            Alangkah kalian belum hidup untuk melihat!

Para Mayat
Akankah kami bias?
Apa bisa kami berhasrat?
Bukankah kami cukup menderita dalam kubur?
Biar saja kubur diselimut bumi!

Badkhn
            Jika tak . . . ratakan!
            Tinggal di atas bumi!
            Jangan kembali ke kubur!

Para Mayat
Kami hidup!
Tak bakal kami kembali ke kubur.

Badkhn
            Yakin!

Para Mayat
Kami yakin
Ia tertawa!
Tak lagi ada malam!
Aku buta!
Buta!
“El Molei Rachamim”.

Badkhn
Menari . . . Hidup . . . Menari . . .
Siapa yang tanam rasa takut dalam dirimu?
Menari pada hari besar.
Tarian agung . . .

Para Mayat
            Diizinkan?

Badkhn
            Diizinkan.

Badai mengamuk, segala berterbangan dan bertebaran.
Semua orang berpusar dalam tarian liar, terjerembab dan lenyap.
Selirih Suara terdengar dalam badai, meneriakkan Kaddish.

Badkhn
            Yang lemah pulang ke rumah!
            Yang ringkih ke dinding!

Para Mayat
Rumah tak melindung!
Dinding-dinding tak melindung!
Kami tertiup!
Kami menghambur!
“El Molei Rachamim . . .”
“Yisgadal . . .”
Ke atas dinding . . .
Tertiup . . .
Membadai . . .

Para Mayat menghilang semua, tinggal dua Badkhonim cuma.

Badkhn
            Ke bawah tanah!

Tangisan Para Mayat terdengar dari bawah tanah.

Para Mayat
            Tuhan!

Badkhn
            Mayat, Tuhanmu!

Bayang Badkhn
            Ia . . .

Badkhn
            IA BANGKRUT!

 


Issac Leib Peretz, lahir di Polandia Timur, Zamosc, ketika angin Pencerahan yang bertiup dari Italia menginspirasi keharmonisan kehidupan budaya dan agama yang majemuk. Meski awalnya sulit mengungkapkan ekspresi sastranya dalam bahasa Yiddish, bersama Sholom Aleichem, I.L. Peretz menjadi penulis generasi Haskalah yang menggunakan bahasa Yiddish. Karya-karya sastranya tidak hanya berhasil menggali kekuatan sastrawi bahasa Yiddish, tapi juga menjadi kekuatan yang menginspirasi bagi para pejuang bawah tanah melawan rezim Czarist.



 


[i] Pernah dipublikasi di lepasparagraf #3/5/05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar