Laman

Senin, 13 Juni 2011

Dua Puisi Jorge Luis Borges

 Dua puisi Borges berikut diterjemah oleh Dwi Pranoto dari terjemahan bahasa Inggris The Art of Poetry dan Elegy oleh Anthony Kerrigan





Seni Puisi


Menatap pada sebatang sungai pembuat waktu dan air
dan mengingat waktu sebagai lain sungai
tahu kita mengalir seperti sungai
dan wajah-wajah kita sirna ibarat air

Merasa jaga juga lain mimpi
mimpi-mimpi yang bukan impian dan maut
yang kita ngerikan dalam tulang-tulang kita adalah maut
yang setiap malam kita sebut suatu mimpi

Melihat sebuah lambang dalam tiap hari dan tahun
segenap hari manusia dan tahun-tahunnya,
dan mengubah kebiadaban tahun-tahun
menjadi sebentuk musik, seberkas suara dan sebuah lambang

Melihat mimpi dalam maut, di dalam senja
suatu duka keemasan - semacam puisi
sahaja dan tak bisa mati, puisi
kembali seperti subuh dan maghrib

Kadangkala pada senja ada seraut wajah
yang menatap kita dari kedalaman sebentuk cermin
seni mesti jadi semacam cermin
menyingkap pada setiap kita ia punya wajah

Mereka sebut Ulysses, letih oleh keajaiban-keajaiban,
tersapu bersama cinta pada penglihatan Ithaca,
sahaja dan hijau. Seni adalah Ithaca,
suatu kebakaan hijau, bukan keajaiban-keajaiban

Seni adalah tak berakhir seperti aliran sebatang sungai,
mengalir, meski menyisa, sebentuk cermin yang sama
kebersalinan Heraclitus, yang sama
pun meski lain, seperti aliran sungai




Elegi


Oh takdir Borges
untuk nempuh mengarung ragam lautan-lautan dunia
atau nempuh ragam nama-nama lautan kesendirian dan kesepian,
untuk jadi bagian Edinburgh, Zurich, dua Cordoba,
Colombia dan Texas,
untuk kembali pada penghabisan persalinan generasi-generasi
pada tanah-tanah kuno nenek moyang
pada Andalusia, pada Portugal, dan pada daerah-daerah 
dimana kaum Saxon bertempur dengan kaum Dane dan mencampur darah mereka,
untuk kembara nembus merah dan labirin senyap kota London
untuk tumbuh tua di dalam begitu banyak cermin,
untuk mencari sia-sia tatapan kelereng arca-arca,
untuk meneliti litograf-litograf, ensiklopedia-ensiklopedia, atlas-atlas,
untuk mencari suatu hal yang manusia lihat,
maut, rayapan subuh, rintihan,
dan bintang-bintang nikmat,
untuk melihat tak suatu apa, atau tak suatu apa nyaris
kecuali wajah seorang gadis dari Buenos Aires
seraut wajah yang tak ingin kau ingatnya.
Oh takdir Borges
mungkin tak seganjil milikmu.

2 komentar:

  1. itu Lepasparagraf edisi 01. Edisi 02 kalau bisa perlu ditampilkan juga, Mas.. Jangan lupa untuk memberikan coret-coretan untuk kumpulan cerpen saya, Mas... Kesuwun.. Taufiq Wr. Hidayat

    BalasHapus
  2. makasih buat saran sarannya :)

    kunjung balik yah

    BalasHapus