Laman

Senin, 01 Agustus 2011

Tiga Puisi Dwi Pranoto dari "Hantu, Api, Butiran Abu"


 Don Quisot dalam Kamar Mandi (hal.4), Di Tepian Kali 1 (hal.29), Waktu dan Impian (hal.58)














Don Quisot dalam Kamar Mandi


Lokomotif itu meluncur sendirian dalam kamar mandi
Stasiunnya adalah kecemasan
Siapapun akan dicekamkan,
Dijerat tanpa perlindungan;
                        Kamar mandi tak pernah beri ampun,
                        Sesuatu yang terlepas dibisikan lagi
                        Dengan nyanyian tragedi

                        Sayap-sayap merontokkan bulu-bulunya
                        Keyakinan terbuat dari kaca
                        Kamar mandi adalah sarang influenza
                        Penuh mata dan mulut kloset yang mengancam

Taring-taring muncul dari bak mandi
Siap menghujam nadi
Dan perisai mengkhianat
: dua puluh menit Don Quisot menginsyafi diri



Di Tepian Kali 1


Lempang jalan
Lengang batu-batu
Tajami desir air




Waktu dan Impian


Pertama-tama manusia menjinakkan waktu,
mengurungnya ke dalam almanak,
mencencangnya dengan jarum,
tapi itu tak cukup,
dengan cahaya ia membekukannya,
menggunting-gunting lalu merakitnya menjadi kenyataan lain,
kenyataan lain yang diimpikan,
manusia meletakan mimpi ke dalamnya,
mimpinya sendiri,
seluruhnya ditandas,
hingga tak lagi ada untuk sendirinya,
lalu manusia hijrah ke dalam kenyataan lain yang diciptakannya itu,
agar dapat kembali merasakan lain mimpi,
mimpi tentang kenyataan yang ditinggalkannya,
mimpi tentang dunia,
hasrat dunia,
dunia yang diimpikan dari dalam impian dunia.

3 komentar:

  1. setelah aku baca 3 puisi ini rasanya kok lain dengan yang di buku. apa karena jenis hurufnya beda yo. tapi tetap buku yang cantik dan inspiratif. selamat atas terbitnya buku ini.

    BalasHapus
  2. don quisot dalam kamar mandi,, ok bnget dach...

    BalasHapus